Thursday, April 29, 2004

siapa pelangi?

pelangi namaku.
manusia 26 tahun yang baru tahu rasanya cinta
yang datang ke negeri jauh untuk sedikit ilmu
kata ibunya, pelangi anak manis
tapi ibunya lupa, itu mungkin 23 tahun lalu
waktu usianya masih 3 tahun..
saat ia baru bisa bilang 'ibu' dan 'bapak'
belum tahu arti marah kecuali menangis
sedang belajar bicara dan berlari

sekarang, pelangi sudah tahu sedikit isi dunia fana
kalaupun itu manis, mungkin karena hatinya sedang ceria

pelangi namaku
jangan bertanya lagi
kalau kau ingin tahu siapa diriku
apa yang bisa kukatakan

aku yang ingin menjadi mejikuhibiniu
yang muncul diantara hujan dan terik
yang menyimpan segentong koin emas ditiap ujungnya
yang selalu mengundang harap untuk terbit sedikit lebih lama

pelangi namaku
terlahir di dunia maya
diantara kumpulan huruf dan tanda koma
sedang belajar menulis dan bercerita
tentang dunia dari kacamatanya

kacamata minus memang sahabatnya
walaupun hampir tidak pernah dipakainya
tidak mau memenjara mata, itu alasannya
mungkin akan bertambah minusnya
karena hasratnya yang besar untuk bertemu kawan-kawannya
melalui rangkaian huruf dan tanda koma

pelangi namaku
perangkai huruf dan tanda koma

*salam kenal buat yang lain..

|

rumah

yak akhirnya saya putuskan..
tetap tinggal!!!!


kontrak tempat tinggal saya habis 2 bulan lagi. sebuah surat mengenai status kontrak sudah tiba didepan pintu kamar saya. mau terus? atau pindah?

sejak sebulan yang lalu saya memang sudah mencari informasi kemana-mana, bertanya sana-sini. melihat-lihat rumah teman, membandingkan harga dan fasilitasnya. rumah mana yang paling nyaman...

sama seperti semua rumah di negeri ini, rumah disini memang lebih bersifat fungsional saja. rata-rata rumah terdiri dari sebuah ruang tamu yang merangkap ruang tivi, sebuah dapur yang tidak bisa menampung lebih dari 3 orang. beberapa ruang tidur ukuran 3x3 meter, bisa 1 kamar, bisa sampai 6 kamar. lebih dari itu? mungkin cuma artis dan keluarga ningrat saja yang punya. kamar mandi seadanya dengan bath tube *kalau beruntung* tapi yang pasti, shower selalu tersedia dengan heater dan dua buah kran air berlabel cold dan hot.

lebih beruntung lagi kalau lahan rumah masih menyisakan sebuah taman kecil didepan atau dibelakangnya. memang berkebun sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat disini. hampir semua jengkal tanah bersisa ditanami segala jenis tanaman. mulai yang berbunga hingga buah-buahan. apalagi di musim semi seperti sekarang ini, bunga sudah merupakan latar seluruh negeri. cari saja satu spot tanpa bunga, kalau anda bisa..

jadi jangan bayangkan sebuah garasi besar yang bisa menampung 2 atau bahkan 6 buah mobil. memiliki sebuah mobil saja, suatu pilihan kesekian bagi warga negeri ini. maklum fasilitas transportasi yang aman, nyaman, dan cepat ada di setiap lini kota. walaupun tidak murah juga, tapi masih lebih murah daripada memiliki sebuah mobil..

rumah dengan sejumlah ruangan besar tanpa fungsi? ruang tamu, ruang tivi, ruang belajar, ruang ini dan itu dengan sejumlah judul yang tampak dibuat-buat? mungkin cuma saya temukan di kampung saya. dimana space masih terbilang murah dan besaran space ini masih menjadi barang 'pameran' yang tidak jelas fungsinya.

rumah-rumah di negeri ini hampir semuanya berbentuk sama. bahkan atap rumah satu dan rumah disampingnya, menyambung. kopel, demikian istilahnya. menurut ilmu ke kopel an yang saya tahu, bentuk rumah kopel cukup riskan terutama dengan bahaya kebakaran. karena api bisa melesak dan beredar jauh lebih cepat apabila salah satu rumah terbakar.

seorang teman menjelaskan, mengapa rumah disini semuanya sama. karena rumah-rumah tersebut dibangun oleh pemerintah, dengan tujuan equality dan tidak menimbulkan kecemburuan sosial. mereparasi rumah pun, menambah dan mengurangi luas, bukan perkara mudah disini. harus ijin sana-sini. maka dari itu tidak heran, seorang pengusaha kaya didaerah sekalipun, rumahnya sama dengan tetangganya yang mungkin hanya 'seorang' pegawai biasa.

ada sebuah cerita lucu mengenai seorang kawan yang baru saja pindah di negeri ini. ia tersesat saat mencoba mencari rumahnya. ia harus menelpon sana sini, karena dalam satu jalan, semua rumah berbentuk sama, pintu, jendela, warna, tinggi bangunan. sedangkan nomer rumahnya? lupa...

kembali ke persoalan rumah. saya memang sedang giat mencari tempat tinggal baru. agen-agen lokal sudah saya hubungi untuk memberikan saya pilihan-pilihan. saya sempat jatuh cinta dengan sebuah rumah. letaknya ditengah kota, semua perabotan sudah lengkap, sambungan tivi kabel tersedia, mesin cuci dan pengering serta microwave. lengkap. dan harganya pun masih sesuai untuk kocek pelajar seperti saya. letaknya pun tidak jauh dari kampus.

satu lagi sebuah rumah besar yang nyaman dengan ruang tengah besar yang terletak didaerah yang asri dan tenang. membayangkan duduk di ruang besar, didepan sebuah tivi, bercengkrama, beruntung kalau ada seekor anjing manis ikut menemani. berkebun dihalaman belakang, atau barbeque ketika musim panas? menyenangkan sekali..

bagi saya, ruang tamu dan tivi adalah sebuah kemewahan yang belum tersentuh delapan bulan terakhir ini. tinggal dalam satu kamar furnished ukuran 2,5 x 3 meter, yang menurut katalog nya ber status: en-suite. berada di lantai empat, memiliki seorang 'housemate'. berbagi kamar mandi seluas 2x2 meter. dapur, 3x1,5 meter. yang sudah habis space nya saat saya membalikkan badan, hingga harus dibuat jadwal kapan saya bisa menggunakan dapur. masih beruntung dapur tersebut cukup lengkap, kompor, oven dan semua kebutuhan standard memasak ada disitu. tempat tinggal tanpa tivi. tanpa ruang tamu bahkan tanpa meja makan!

satu yang agak 'mengganggu' dari tempat tinggal saya adalah: smoke alarm. dua minggu pertama tinggal disini, hampir setiap pagi saya harus berurusan dengan alarm ini. hanya karena memanggang setangkup roti! hanya setangkup..

bangun jam 4 pagi, lari keluar gedung dengan pakaian ala kadarnya karena seorang teman membakar dapur? atau jam 2 pagi, karena penghuni dilantai bawah mengadakan pesta dan lupa mematikan kompor? itu hal biasa disini. sampai suatu saat kami yang tinggal disini menyebutnya: pajamas party. karena memang hanya pada saat itu saja kami, para penghuni gedung, bisa 'benar-benar' berkumpul bersama dalam kostum tidur: piyama, daster, kimono bahkan sarung.

sebenarnya semua kebutuhan 'primer' terpenuhi disini. kamar dengan heater yang jauh lebih cukup, nyamanlah secara umum. jendela kamar dengan pemandangan danau, hutan kecil dan gallery seni. jarak kemana-mana yang 'cukup' dekat. hanya perlu empat langkah untuk sampai di kamar mandi. dan tiga langkah menuju dapur. juga seorang tante gloria, cleaner yang setia membersikan dapur dan kamar mandi saya seminggu sekali.

sangkar burung? demikian saya menamai tempat tinggal saya. kotak, ukuran secukupnya, bentuk kamar yang seragam.

salah satu kelebihan tempat tinggal ini yang cukup membantu saya (yang sulit bangun pagi) adalah: berada dilingkungan kampus. tidak perlu waktu lama buat saya untuk menuju kelas atau perpustakaan. bangun tidur 5 menit sebelum kuliah? itu yang biasa saya lakukan..

lama membandingkan pilihan-pilihan rumah karena lepas dari kebutuhan yang sudah terpenuhi dengan tempat tinggal sekarang, ada kerinduan saya untuk duduk bermalas-malasan didepan sebuah tivi. membuat kue disebuah dapur yang 'lebih' luas. duduk disebuah taman kecil ntah untuk belajar *ouch!*, membaca buku cerita, berkhayal, atau melukis??

dan hari ini setelah pemikiran panjang sambil membayangkan apa jadinya saya ditempat yang baru, akhirnya saya putuskan: tinggal. perpanjang kontrak dan tetap tinggal. diluar semua kelebihan dan mimpi indah sebuah rumah nyaman dengan kebun mungil. ada satu fasilitas yang cukup krusial yang tidak ada diantara pilihan rumah-rumah baru itu. fasilitas yang kalau pun akan dipasang, perlu waktu lama dan biaya yang lebih mahal. fasilitas yang menghantar saya berada disini saat ini. yang menemani bisunya satu hari atau lelahnya satu jiwa. fasilitas yang membuat saya kenalan dengan kamu! fasilitas terbaik yang ada dikota ini dan hanya ada di tempat tinggal ini: sambungan internet 24 jam 7 hari seminggu. broadband, bebas virus. tanpa down dan GRATIS!!!

|

pisah..

dan kita berbalik, berjalan..
mengikuti arah angin..
terpisah..

sambil berharap..
angin pula yang akan mempertemukan kita..
disuatu masa..

|

Tuesday, April 27, 2004

obrolan..

saya bertemu seorang mantan adek kelas di dunia maya..
kemudian terlibat sedikit diskusi mengenai sekolah.

adek kelas: wah gak bisa lama2 online nih, gue pake telkomnet. tahu dong mahalnya..
saya: tahu..
adek kelas: cariin gue sekolah dunk..
saya: bisa..mau sekolah apaan dulu..
adek kelas: hmmmm manajemen sih, SDM atau finance..
saya: wah banyak..tergantung loe mau dimana, negaranya maksud gue..
adek kelas: hmmm..yang pake bahasa spanyol..
saya: oh banyak, di spanyol..
adek kelas: sinting..
saya: ???

adakah yang salah dengan jawaban saya??

|

Monday, April 26, 2004

belajar..

4 hari yang lalu, pengumuman nilai sudah keluar. sedikit berharap nilai semester ini jauh lebih baik dari semester lalu. tulisan yang biasanya diselesaikan dalam 3 hari. semester ini aku selesaikan dalam 3 minggu; riset yang lebih baik, bacaan yang lebih baik, ide yang lebih kritis, dan argumen yang lebih relevan. semua kerja keras *maaf ini subyektif* cuma punya satu harapan: nilai yang lebih manusiawi!

dengan seluruh list pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, aku berjalan menuju general office. tumpukan essay yang sudah dinilai itu disusun diatas meja chris hall, si ibu juragan general office. serta merta aku minta, aku sebut surname ku. dasar jawa, tidak punya nama keluarga. jadilah nama belakangku yang bukan nama keluarga itu aku sebutkan. sebenarnya nama ini sempat mendatangkan pertanyaan banyak teman dari india. mereka pikir aku orang india. sampai-sampai pernah seorang siswi phd dari india mengirim email padaku, menanyakan dari india bagian mana aku berasal. dengan sopan aku jawab: saya orang indonesia, memang nama sansekerta awam dipakai di negeraku terutama orang jawa. eh, malah emailku tidak dibalasnya. sekedar minta maaf karena sudah salah tebak atau apalah...gak sopan!

itu kalau pakai nama. kalau pakai tes muka, aku sering disapa dengan bahasa canton. bahkan pernah suatu malam seorang siswi cina datang kepadaku, wajahnya panik, tampaknya minta tolong. tapi tidak ada yang bisa aku lakukan karena dia minta tolong dengan bahasa cina. hehehehe, tampang cina, nama jawa..gak pantes..

nilai essay sudah ditangan. setengah kebat kebit dag dig dug, aku intip feedbacknya. disetiap essayku, dihalaman pertama, selalu ditempelkan halaman feedback. isinya masukan apa-apa saja yang kurang dari essay tersebut dan mana saja poin kelebihannya. paragraf pertama feedback itu isinya pujian: well structured, well researched, good conclusion. senang? tentu saja. paling tidak sampai saat ini masih sesuai dengan harapan. ada perkembangan.

agak lama membaca paragraf selanjutnya, maklum tulisannya memang naujubillah jeleknya *maaf bu dosen, tapi emang beneran jelek*. isi paragraf kedua juga masih sama, statusnya pujian.

hingga tiba paragraf selanjutnya. 'beberapa hal yang dapat memperkuat essay anda: better english a.k.a singular dan plural diberesin'. aku mulai mengernyitkan dahi. jebakan batman, pikirku.

tiba saat aku melihat kolom nilai..
sialan!!!

nilaiku tidak bergeser dari range nilai semester lalu. meskipun dibaca dari feedback dan proses pembuatannya sangat amat jauh berbeda. aku mulai membaca ulang essayku. kuperhatikan semua coretan didalamnya. takjub, sedih, marah.

semua coretan yang sidosen buat tidak lebih dari coretan dari seorang editor majalah. titik, koma, s, es dan yang paling menggelikan juga menyebalkan adalah komentar: 'kok ini burem? kamu merepro tabel nya caranya bagaimana sih?'

heran..

tidak ada satu poin pun mengenai konten essayku dibahasnya. semuanya melulu mengenai tanda baca. aku seperti kembali masuk ke kelas bahasa inggris di jakarta. kena marah karena khilaf dengan s dan es.

setengah tidak semangat aku keluar dari gedung kampus. kembali sibuk dengan list ku. ke bank, ke library, ke mini market, ke travel shop, ke post room. pikiranku masih sibuk dengan nilai essayku. lulus sih, tapi tidak sesuai dengan harapanku. aku berpikir: lantas pujian di paragraf satu dan dua itu diberi nilai berapa? apakah sedemikian besar kreditnya singular dan plural sampai mengerdilkan semua ide, argumen, riset dan data yang aku berikan. struktur yang katamu bagus, argumen yang katamu relevan, kritik yang katamu kuat. apa harganya? kalau kamu bisa tahu semua itu bagus, berarti kamu bisa baca. kalau kamu sudah bisa baca dan mengerti, berarti aku sudah berkomunikasi dengan baik walaupun tidak sempurna, dalam bahasamu. tapi kenapa tetap dipotong? aku ini mahasiswa master? atau kursus bahasa asing?

marah. itu tepatnya. aku jadi ingat diskusi di milis teman-teman fco beberapa bulan lalu. seorang teman protes karena sang dosen mengharapkan sebuah artikulasi bahasa inggris yang sempurna. dilain pihak, sekolah tersebut menerima siswa berdasarkan suatu test bahasa asing yang limit nilainya tidak terlalu tinggi, dimana limit nilai yang sedemikian sebenarnya menunjukkan ketidaksempurnaan artikulasi. tidak nyambung? sangat..

pihak sekolah menganggap pendidikan ini lahan uang. apalagi international student harus membayar 3 kali lipat daripada home student. membuat passing grade sedemikian rendah tentu menguntungkan. karena dengan demikian makin banyak siswa bisa terjaring. di sisi lain, seorang pendidik masih mengharapkan sebuah kualitas yang paling baik. justru dititik dimana pihak sekolah tidak menganggapnya perlu.

bahasa gampangnya: kalau anda menerima saya dengan nilai bahasa inggris sebesar X, anda tahu tidak apa ekpektasi dari nilai X itu? kalau anda tidak tahu, itu salah anda. jangan nilai saya yang dipotong.

masih panjang marahku sebenarnya. kesal rasanya. kerja keras itu tidak ada harganya, dibantai mati-matian oleh sebuah s dan es. seorang ria memberi semangat. sudah jangan dipikirin. asal lulus dulu. mending mikirin ujian.

yah, hidup tidak berasal dari sebuah essay, pun tidak hancur karena satu essay. hidup lebih besar, lebih besar dari essay, lebih besar dari ujian.

dan aku pun meneruskan tugasku hari itu. ke bank, ke library, ke mini market, ke travel shop, ke post room..

**buku itu isinya tulisan. yang kamu pelajari bukan tulisannya. tapi pesan dibalik tulisan itu. kalau kamu belum bisa paham pesannya, kamu belum benar-benar belajar..

|

kalau hidupku adalah buku penuh chapter..
maka sampai saat ini kau belum beranjak dari halaman pertama..

takut?
kasian...

|

aku hanya ingin bernafas..

kumerasuk cerahnya hari..
ah kegetiran itu..
ntah apa namanya..
masih saja ada disini..
menghimpit tarikan nafasku..
membenamkan kepalaku..
seakan tak ada waktu ku tuk mendongak..
sedikit mencari angin..

aku ingin bernafas..

riuhnya hari seakan tak terbalas..
aku disini masih saja tersayat..
melarung nama pun aku terjungkal-jungkal..
apalagi sebuah mimpi..
ah mimpi..
lagi-lagi kau menghimpit nafasku..
sesah dadaku..

aku mencoba merasuk cerahnya hari ini..
berdiri didepan lautan cahaya..
melihat cakrawala yang mulai surut..
menatap jauh ke dalam gelap..
kalau aku boleh titipkan satu nama..
boleh kau bawa ia pergi..
tapi jangan terbit lagi bersamanya..
biar mimpinya jadi gapura..
suatu keberadaan dimasa lalu..

aku meniti cakrawala senja..
mimpi itu masih ada sisanya..
terlalu besar untuk terlarung..
pun terlalu sulit untu kugapai..
apa maumu..

ah kegetiran itu..
ntah apa namanya..
aku hanya ingin bernafas..

|

Sunday, April 25, 2004

friendster..

namanya friendster
site networking yang sedang maruk dibicarakan massa..
banyak tulisan di berbagai media ibukota: jakarta post, kompas, semuanya membahas fenomena friendster.
penggemarnya membludak seketika setelah satu-satu orang menemukan teman dimasa lalunya..
teman sma, smp, sd bahkan tk..

saya salah satunya, yang harus dibujuk berkali-kali untuk masuk ke networking dunia maya ini, secara tanpa sengaja menemukan friendster sma, smp bahkan tk saya yang letaknya 300 km dari tempat saya tinggal 7 tahun terakhir, dengan modal network dari teman-teman sekampus yang tidak ada hubungannya dengan kota kelahiran saya itu. benar-benar ajaib..

banyak hal terjadi di friendster. perkenalan dengan teman baru, dengan temannya teman saya, atau temannya temannya teman saya, atau benar-benar orang asing. melalui profil dan foto yang ada, kita bisa melihat siapa dia. tentu saja kalau si pemilik account memasang foto, banyak juga account yang memasang foto artis, binatang, tanaman, animasi, poster film sampai gambar benda mati lainnya: sepatu, sandal, kloset?? ntah maksudnya apa. mungkin karena mirip...

usia, negara tempat tinggal, tempat lahir, status, pekerjaan, tempat kerja, hobby, film, acara tv, buku favorit sampai deskripsi singkat mengenai si pemilik account semuanya tersedia di kolom profil. sekali lagi, tentu saja kalau si pemilik account mengisinya.

anda bisa juga berbagi cerita dan berita serta opini, undangan pernikahan, undangan pesta, pengumuman lomba, lowongan pekerjaan melalui bulletin board, yang begitu di post, akan tersebar ke seluruh teman yang ada di friends list anda. beberapa teman malah mulai mem post puisi dan karya tulis lainnya di bulletin board. berkirim message pun bisa. karena disana juga terdapat fasilitas inbox, outbox, trash dan sent message, sama seperti email gratisan yang ada di yahoo, hotmail atau free email lainnya.
menarik..

seluruh aktifitas di account friendster anda, akan dilaporkan melalui sebuah email pemberitahuan ke email permanen anda. new message from XXX atau new testimonial from XXX, kira-kira demikian pemberitahuan itu akan tertulis.

seorang teman, dua hari yang lalu mem-post sebuah hasil riset kecil-kecilan mengenai pengguna jasa friendster ini. apa motivasinya ikut friendster..??

cari pacar adalah jawaban yang banyak diberikan oleh jejaka pengumpul teman. baik itu teman wanita atau teman pria bagi para homoseksual. bahkan account gay club pun ada disana.

banyak nama-nama fiktif difriendster, mulai dari 'bule fiktif' sampai artis fiktif, tak kurang dari dian sastro, agnes monika, titi kamal dan ladya cheryl sampai gusdur, amin rais, SBY dan tokoh politik lainnya. ntah apa alasan si pembuat; iseng, kriminil (?), atau benar-benar kurang kerjaan.

sama seperti kefiktifan nama-nama di friendster, masuk dalam friends list frienster gay club pun tidak menjamin bahkan mereka benar-benar gay. 'iseng aja pengen tahu dunia gay', demikian alasan yang pernah saya baca di sebuah blog. mendapat message ajakan kencan dari seseorang? bisa saja.

yang lebih hebat lagi, friendster-friendster rumah makan pun ada disana, tanpa jelas maksudnya apa, karena si pengelola rumah makan tentu saja tidak akan ceroboh memasukkan profilenya di site gratisan seperti ini tentunya demi menjaga image.

mengumpulkan teman yang tercerai berai. itu juga salah satu alasan favorit responden dari riset kecil teman saya. mungkin sama halnya dengan saya, yang 'menemukan' kembali teman-teman kecil yang sudah tersebar diseluruh penjuru bumi dan mendapat kabar dari seorang teman yang lama tak bersua.

account sekolah atau sebuah institusi pun bisa dicari di friendster. sma X, sma Y, perkumpulan Z. account smp anda? coba saja cari, melalui fasilitas user search.

fenomena friendster memang menarik. terutama dengan testimonialnya, dimana seseorang bisa menuliskan kesan-kesan akan teman pemilik account. mengumpulkan testimonial pun menjadi salah satu hobby baru bagi para friendster mania ini. bisa dibayangkan berapa kira-kira testimonial yang terkumpul apabila terdapat hampir 500 nama yang tercatat dalam satu friends list.

asyik mengumpulkan 'teman' banyak-banyak tanpa harus kenal akrab?? sah-sah saja, walaupun akan membuat kursor dikanan menjadi sangat kecil karena halaman account anda yang demikian panjang, atau anda harus membuat account berseri satu dua dan tiga, karena account anda sudah tidak muat lagi menimbun terlalu banyak nama yang sudah anda kumpulkan..

isi testimonial pun bisa beragam: benar-benar sebuah testimonial, sekedar becanda, omongan ngawur, atau juga salam perkenalan *loh baru kenal kok testify!*
bahkan site yang membantu membuatkan testimonial dalam bentuk susunan karakter yang menjadi satu kata atau kalimat tertentu pun sudah ada..

pengiriman testimonial ini bisa diatur oleh si penerima testimony ini, dengan pilihan approved atau reject. memang setiap orang memiliki perlakuan yang berbeda dengan testimonial, ada yang meng approved semua testimonial yang masuk, ada pula yang memilih, testimonial yang mana yang akan di approved dan mana yang akan di reject atau malah dibiarkan begitu saja. agak lucu sebenarnya kalau dipikir-pikir. testimonial yang semestinya 'kesan' dari seorang kawan, di sortir sedemikian rupa sehingga image yang ingin dibentuk oleh si pemilik account friendster dapat terakomodir. istilah gampangnya: di approve yang bagus-bagus saja.

saya salah satunya, yang mencoba mengirim testimonial kepada seseorang yang baru saya kenal. kebetulan dia termasuk 'pejabat'. saya tuliskan hal-hal lucu, karena buat saya, basa basi seperti: 'si ini teman yang baik, rajin pangkal pandai dsb..dsb..' tentu akan sangat membosankan. berbagi hal yang lucu mungkin lebih asik. ternyata tidak demikian hal nya dengan teman baru saya itu. sudah hitungan minggu saya tidak melihat testimonial saya tercantum disitu. ternyata memang dia hanya menerima testimonial yang mensupport ke'pejabatan'nya :)
jokes tolol saya, tidak masuk kategori supportive..

mengumpulkan teman hingga ratusan? banyak sekali di friendster. ntah memang semua benar-benar temannya, atau memang hanya untuk sebuah perlombaan (ngetop???).

diantara friendster mania ini terdapat juga artis-artis yang tidak fiktif. yah itung-itung fans club gratis. bisa mengumpulkan massa, berkomunikasi langsung via message, tanpa disortir oleh manajemen artis, walaupun tidak dijamin akan mendapat balasan juga..

membuat account friendster banyak-banyak dengan sejumlah nama berbeda. kemudian membuat testimonial untuk diri sendiri?? bisa juga..

off air para friendster mania pun sudah ada. ajang berkumpul bersama friendster mania lainnya (reuni?) di manna lounge, taman ria senayan, bercerita, menghabiskan malam bersama dj dj ibukota yang juga friendster-wan dan friendster-wati, sambil memandang danau buatan yang tampak dari jendela manna, duduk di sofa empuk berdendang sambil menenggak vodka orange atau es teh manis??

banyak hal-hal menarik yang ada di medium baru ini. teman-teman yang awam dengan dunia maya pun tiba-tiba memiliki account friendster dan mulai bersemangat 'mengumpulkan' teman-temannya. keajaiban bukan..

lepas dari guna situs ini, yang jelas semakin hari peminatnya semakin membludak. coba saja anda akses situs ini disiang hari waktu jakarta. tentu sangat lambat. selain juga karena medium ini 'masih' beta version. bisa hang kapan saja; mendadak tidak bisa melihat friends list sendiri? kehilangan testimonial yang sudah di approved? message yang terkirim di email tidak sesuai dengan yang ada di inbox anda? atau anda harus berulang-ulang meng up load foto anda untuk melihat tampilannya? jangan khawatir, itu sudah biasa di friendster. saran saya: log out, tinggalkan 5 menit, kemudian log in lagi. pasti berhasil.

aneh, lucu, menyenangkan, tolol, tidak perlu, atau buang-buang waktu? bisa banyak komentar mengenainya. yang pasti friendster memang merupakan wabah baru saat ini, menyaingi blogger dan medium chatting seperti yahoo messenger dan irc. bahkan di beberapa kantor di belantara jakarta, sudah terdapat larangan untuk mengakses friendster melalui jaringan kantor dengan alasan produktifitas kerja yang menurun akibat terlalu lama bermain friendster.

sama seperti saat ini, dimana sebuah buku tebal yang harusnya saya baca baik-baik, sesajen ujian minggu depan, malah manis tertutup didepan komputer. sementara, layar monitor saya sudah hampir 24 jam ini sibuk dengan blog, friendster, yahoo messenger dan outlook. candu??? tentu saja..

|

Saturday, April 24, 2004

Dia dan suaminya..

Celoteh ringan yang selalu menemani
Dari terbitnya hari hingga terbenam..
Dari diskusi masa depan hingga soal harga tiket perjalanan..
Berbagi ilmu sekolah hingga riuhnya celaan..
Tak jarang juga berebutan bermain masak-masakan..
Kemudian diam berdampingan didepan kotak bergambar..

Dia dan suaminya..
Sungguh menyenangkan..

**tidak harus sulit ternyata, berdiam pun akan selalu nyaman, asal ada dia disampingmu. benarkan?

|

Friday, April 23, 2004

bangku..

bangku itu aku ingat..
aku pernah duduk disitu..
disuatu malam
setelah mengantarmu..
membeli sebuah celana panjang..
sesudah kita makan siang..
di sebuah mall di barat jakarta..
beberapa saat setelah kita tertinggal
jadwal film yang kita inginkan..
sebelum kita duduk di kantin kecil
untuk segelas milo dingin..

bangku itu aku ingat..
aku pernah duduk disitu
saat kau tunjukkan puntung rokok ibumu..
beberapa sampoerna hijau..
yang mengumpul disatu asbak..
disamping sepiring gorengan..
diatas sebuah meja makan..
didepan sebuah organ mungil..
dibawah sebuah gambar bunga..

bangku itu aku ingat..
aku pernah duduk disitu..
saat kau tunjukkan gambar keluargamu..
yang berada diruang tivi itu..
didepan sebuah sofa..
tepat didepan kamar ayahmu..
tempat kau mengetuk pintu..
dan meminta ibumu tuk keluar dan mengenalku..
dan kau kembali dengan tertawa..
karena ibumu tidur nyenyak..

bangku itu aku ingat..
aku pernah duduk disitu..
disuatu malam..
tiga tahun yang lalu..

**tanpa sengaja aku melihat gambar adikmu dan bangku itu dibelakangnya..

|

bakso..

aku mencium bau bakso..
aromanya menusuk hidungku
masuk ke otakku..
menginjak-injak memoriku..

aku mencium bau bakso..
kuah lemaknya..
mie putih kuningnya..
cacahan kubisnya..
dan cecarut gajihnya..

aku mencium bau bakso..
dengan saos tomat merah sekalinya..
cipratan kecap manisnya..
celupan sambelnya..

aku mencium bau bakso..
dari made in kasim sampai warno..
juga bapak-bapak itu yang aku tak tahu namanya..
atau yang lewat depan rumah yang biasa kupanggil pak, mas atau bang..

aku mencium bau bakso..
baunya lekat..
lekat sekali..
sampai aku memohon..
mohon amat sangat..
buat kamu kamu..

ya kamu..

tolong bawain aku bakso dong..
semangkuk aja...

|

kawan..

eh tahukah kamu..
aku dulu pernah bilang
aku kawanmu..
yang akan menerimamu..
apa adanya..
siapapun kamu..
apapun ucapmu..
bagaimanapun sikapmu..
apapun keputusanmu..

eh tahukah kamu..
mungkin aku tidak pernah menerimamu..
seada-adanya..
karena kini aku bertanya..
siapa dirimu..
apa maumu..
kenapa dirimu..
kok begitu..

eh tahukah kamu..
mungkin juga aku tidak pernah mengerti kamu..
paras wajahmu..
detak jantungmu..
akar mimpimu..
arah anginmu..
bentuk duniamu..

tapi aku melihat kamu..
dibalik pintu..
diantara buku..
didalam rindu..

aku juga mendengar kamu..
ditengah gaduh..
sedikit sayup..
lebih mirip bisu..

kalau aku begitu..
apakah kamu masih kawanku??

**semoga semua masih sama, seperti dulu kau katakan itu..

|

kamu??

kamu lucu, dengan gayamu kamu coba katakan padaku..
aku suka kamu, demikian katamu..
kamu amazing, demikian katamu..
aku tak pernah menemukan yang sepertimu..

aku sembelit..
tak tahu harus berkata apa..
tertunduk dan menahan
hatiku yang membuncah serasa ingin meledak..

lalu kukatakan:
kamu juga amazing, seperti katamu..
aku tak pernah menemukan yang seperti mu, seperti katamu..
kamu jadi mimpiku yang membumi, kalau ini benar-benar apa yang ingin kukatakan bukan kutipan katamu..

aku suka kamu..sungguh, katamu mengulang dan meyakinkan..
tapi aku mau pergi, katamu kemudian..
aku tak mau disini dulu, katamu ntah maksudnya apa..

aku diam, tak ingin kukatakan apa-apa saat itu..

kalau aku bisa menekan satu tombol untuk membuatmu diam
aku mau waktu tak bergerak..
pun dirimu tetap disitu..
duduk memandangku dan mengulang-ngulang kata:

aku suka kamu..

tapi tombol itu tak kutemukan..
dan kau bergerak..
perlahan..
sedikit..
sedikit..
jauh..
jauh..
jauh sekali..
hilang..

kamu amazing, kataku dalam hati sambil memandang bayangmu yang sudah jauh berjalan..
aku suka kamu, masih kataku dalam hati..
aku tak pernah menemukan yang sepertimu, kataku lagi...
dan benar-benar cuma kamu yang hebat...
karena kamu..

bisa ngilang..


(pengsan!)

**lubang itu kecil, tapi tetap lubang, membiarkan yang lalu dan sekarang tak berbatas..
lubang yang kamu buat tidak besar..tapi bekasnya, tidak hilang..
sialan!

|

Thursday, April 22, 2004

tulalit..

sekali lagi aku menepiskan telpon ku..
sekali lagi dan sekali lagi..
sekali lagi aku diminta untuk menghubungi kembali..

seandainya ada yang memberikan sedikit arah..
apakah aku menghubungi nomor yang tepat???

***halo cinta..aku enggan menelponmu kembali..maaf :)..

|

Tuesday, April 20, 2004

kotak kotak..

hari ini aku gembira
masih ada sekumpul cinta untukku
berjejer diantara satu satu kenangan manis
saat aku muda dulu..
yang tersusun rapih disatu kotak

kemudian disangkutkan ke awan..

hari ini aku gembira
ada sekumpul rindu disini
rindu yang katanya tak bisa diteruskan
yang tersusun rapih bersama cinta
berjejer manis diantara satu satu kenangan manis
kisahku dua tahun ini
dibalut manis di satu kotak
diikat erat dengan pita emas

kemudian disangkutkan ke awan..

hari ini aku gembira
karena aku tahu..
kotak-kotak itu..
punyaku..

**terima kasih untuk hari ini..

|

teh lemon panas..

Hari ini kamu bantu margareth di kamar VIP yah..
Jangan lupa senyum yang lebar..


Satu buah bangsal dengan dua puluh kamar VIP ada didepanku. Margareth, kepala koki bangsal VIP, menemaniku berkeliling untuk mengenali satu demi satu pasien yang berada disana. Kamar nomor empat, William Darrington.

Pak Darrington, pria tujuh puluh tahun yang agak botak itu mengangguk padaku segera setelah Margareth mengenalkanku padanya. Dengan senyum yang sangat irit dan sedikit picingan mata Pak Darrington melihatku. Lelaki ini sekilas mirip Sean Connery, pikirku, mas James Bond itu, hanya Sean Connery yang ini, wajahnya cenderung galak.

Bapak ini terkulai dikasurnya. Kasur lengkap dengan ranjang elektronik yang bisa digerak-gerakkan. Disamping kasurnya ada sebuah bangku dan meja kecil, tempat biasanya makanan diletakkan. Bangku itu kosong, hanya ada satu dua koran keluaran hari itu, tersusun diatasnya.

Pak Darrington ini mematahkan sedikit nyaliku hari itu. Saat aku menawarkan minuman hangat di sore hari, dengan pandangan yang menghunjam dia memandangku. Beberapa detik aku tercekat, tidak tahu harus berkata apa. Sampai kemudian dengan wajah datar dia mengatakan ’teh lemon’. Aku tersenyum, ah pak, kau menakutiku.. Aku meletakkan secangkir teh lemon panas buatanku di meja kecil disamping kasur Pak Darrington. Ia mengangguk, sedikit saja. Aku rasa itu artinya terima kasih. Aku mengangguk kembali dan berkata 'sama-sama', untuk menjawab terima kasihnya yang tak terucap.

Hari berganti dan aku mulai hafal minuman kesukaannya. Tanpa aku tawari, aku memasuki kamarnya dengan secangkir teh lemon panas, tak lupa setanggal senyum paling manis di bibirku. Wajah kaku tanpa senyum itu pun hari demi hari berganti, mulai mengikutiku, sedikit senyum mulai tersungging dibibirnya meski tetap tanpa suara. Ada kelegaan dihatiku, ia memperhatikan aku. Ah aku kira kau batu dengan default garang pak, yang tidak akan pernah berubah, irit senyum dan jarang bicara. Ternyata kau bisa benar-benar mirip Sean Connery, meskipun versi film bisu..

Ketakutanku untuk memasuki kamarnya berkurang sudah. Senyum yang tanggal di bibirku sudah bisa lebih lepas dari saat pertama kali aku pasangkan hari itu. Jawaban manis dari Pak Darrington sudah mulai aku dengar, sepenggal terima kasih yang lirih bersamaan dengan anggukkan kecilnya. Dan kembali aku menjawab anggukannya dengan salam 'sama-sama'. Aku semakin senang membawakannya teh lemon panas. Minuman kesukaannya. Kuletakkan dimeja kecil disampingnya, didepan sebuah bangku, yang lagi-lagi kosong.

Hari berikutnya Pak Darrington mulai mengajakku berbicara. Salam pertamanya bertanya mengenai namaku, kemudian diikuti pertanyaan-pertanyaan lain yang mengisi guntinganku. Dimana sekolahku, apa studyku dan yang paling sering ia tanyakan, meskipun aku sudah menjawabnya berkali-kali adalah: jam berapa aku akan tiba dirumah.

Aku semakin senang bercengkrama dengannya, meskipun tidak lebih dari hitungan menit satu digit. Aku biarkan ia bertanya mengenai diriku tanpa pernah aku sela dengan pertanyaan tentangnya. Bukan karena aku tidak tahu harus bertanya apa, tapi aku pikir memang tidak ada yang perlu ditanyakan. Yang penting buatku Pak Darrington tersenyum. Tentu saja setelah aku membuatkan secangkir teh lemon panas untuknya.

Senyum yang lebar ya Pak, biar lekas sembuh..
Wajah penuh senyum Bapak mulai mirip bapakku (tanpa bermaksud bilang bapakku mirip Sean Connery loh). Bedanya bangku disisi kasur bapakku selalu terduduk ibuku yang menyediakan tangannya untuk digenggam erat. Disini Pak Darrington punya tangan saya, kalau mau bapak genggam, asal bapak tersenyum.
Jangan tangan ibu saya, karena sudah diambil bapak saya :)
besok sore, saya bawakan teh lemon panas lagi ya Pak..
Bapak masih mau kan...
..

|

stagnasi...

dulu nih ri, gue bisa belajar dari jam dua siang sampe jam dua pagi..
tidur sehari empat jam doang..


Itu salah satu obrolan pengantar menuju tempat laundry. Sudah dua minggu semua baju kotor itu kutumpuk sampai seorang Ria menemani. Puncak penat dan lembah malas sudah benar-benar berada dititik nadirnya. Dua minggu tanpa progress, dua minggu hanya dari satu site ke site yang lain. Dari satu window chatting ke window chatting yang lain…

sudah lama aku nggak ujian..sudah lama aku nggak nulis paper.

Itu alasan yang paling sering aku ungkapkan atas kelambatanku *lebih halus dari kata malas*. Tiga bulan yang lalu ketika shock dengan deadline yang bertubi-tubi, aku malah memilih menuliskan kegalauanku. Sekarang, saat mestinya aku sudah menghabiskan satu judul buku dan menjawab semua soal revision, aku malah berkelana dari satu jendela ke jendela lain..

Kata tidak produktif tidak terlalu benar untuk dua minggu terakhir ini. Paling tidak seloyang lapis surabaya dan sebentuk puding dengan siraman fla susu rasa vanilla berhasil kubuat dua malam lalu. Malam dimana mestinya aku menulis sesuatu untuk sesajen ujian minggu depan. Belum lagi jatah setiap sore, menyajikan makanan hangat untuk para opa oma kesepian dirumah sakit. Berbagi senyum untuk para tua-tua yang sendirian. Cukup produktif bukan...

Seorang sahabat baru saja mengeluh karena masih berhutang essay tujuh ribu kata untuk esok lusa. Sahabat membayangkan bagaimana aku bisa melakukan semuanya, pudding, lapis surabaya, essay, ujian, dan bekerja, walaupun sebenarnya stagnasi dimeja belajarku sudah sampai ke stadium akut.

Sementara kemarin malam, dengan penuh nostalgia kuceritakan masa sekolahku pada seorang Ria, dalam perjalanan ke tempat laundry. Bahwa dimasa itu, aku hanya perlu empat jam dalam sehari untuk bermimpi, dan dua belas jam untuk belajar. Serta memberikan sisanya untuk rumahku.

kapan tuh?
Tanya seorang Ria..

Sepuluh tahu yang lalu....
Aku tersenyum dalam hati..
Lama sekali...

Sementara tiga tahun lalu saja, aku sangat bersemangat untuk menyelesaikan semua jenjang study yang ada, es satu, es dua, es tiga dan es es yang lain..

Tidak pernah cukup rasanya ilmu terkumpul untuk menjadi seorang yang aku inginkan: periset! Berkelana dari satu dunia ke dunia lain, membaca alam, menulis kabar, merakit mimpi, menjelajah dunia..

Tapi tampaknya semangat itu menipis..

Sama tipisnya dengan kuat badanku, yang sudah tidak mau lagi diminta istirahat selama empat jam. Yang sudah tidak mau lagi diminta sigap selama dua belas jam. Yang sudah merasa lelah ini dan itu..

Kemana semangat yang dulu sering aku ceritakan pada kawan baikku. Kemana semua ungkapan

loe bisa..
loe pasti akan dapetin yang loe mau..


Ungkapan seorang kawan yang sering melihatku duduk di bangku kerja pukul sembilan pagi dan beranjak dari bangku yang sama pukul sembilan pagi keesokannya.

ah kawan, aku rindu kata-kata itu..
atau..aku rindu kamu...?

Entah apa yang hilang...
Entah apa yang terbang...
Semangatku..
Atau penyemangatku???

Yah paling tidak, saat ini aku sudah punya baju bersih lagi..dan lapis surabaya serta pudding fla yang masih segar menggoda di dalam kulkasku..

Cukup produktif lah..walaupun bukan seharusnya

|

Monday, April 19, 2004

terlupa...

kurapatkan mataku..
sekejap..
mencoba mengingat rangkaian dihari di tahun-tahun terlampau..
mencoba mencari-cari engkau..

tercerabut diantara pecahan mimpi..
terserak diantara kalangan khayal..
mencarimu..

apakah cinta yang membelengguku..
derai tawa itu..apakah cinta??
derai mimpi itu..apakah cinta??
derai rasa itu..apakah cinta??

tiga tahun dalam dunia penuh pertanyaan..
apakah pernah cintamu hinggap padaku..
apakah rasamu itu benar..
apakah masih ada jiwaku dikhayalmu..

kurapatkan mataku lekat-lekat..
berharap hari itu tidak pernah berganti..
karena aku tidak ingin
terlupa..

|

usia...

Usiaku sudah bertambah satu...

Perasaan terbelah diantara suka dan bertanya..
Apakah artinya bertambah satu..
Satu keberhasilan akan lewatnya satu masa..
Satu kebersyukuran atas satu tahun panjang nafas yang tertambah
Dan satu tahun akan kredit usia yang terkurangi..

Usiaku bertambah satu..

Hari ini kulegakan hatiku memasuki pintu besar kekhusyukan
Mendudukkan diri diantara deretan bangku penuh doa..
Pertama dalam hidupku
Merayakan tambahan umur dalam heningnya misa
Bukan aku seorang yang berada dalam kekhusyukan
Sebuah badan juga membujur disana
Dalam kekhusyukan membiarkan sang ilahi memeluk jiwanya
Dua manusia disana, satu merayakan panjang nafasnya..
Satu lagi, berserah menutup nafas..

Usiaku bertambah satu..

Dengan penuh tanya kuikuti jalannya doa
Hal apa hendak dikata oleh pemilik hidupku
Bahwa tidak sekalipun aku hendaknya terbuai oleh nafasku
Karena nafasku bukan milikku..
Bahwa nafasku tidak selamanya ada
Bujuran badan seorang kawan yang tersenyum didepan sana menjelaskan padaku
Rangkaian doa dan salam menghangati badan kawanku
Suka di masa-masa yang telah usai..
Menutup hari ditengah terik..

Usiaku bertambah satu

Sudah banyak hal ceria yang merasuk dalam hidupku
Adakah ini saat aku kembali melihat
Potongan-potongan cerita yang dirangkai oleh nafas dua puluh enam tahun ku
Agak aku bisa menutup cerita napasku di masa depan
Seindah ceria kawanku hari ini..

|

romansa..

hari yang lalu..
terburu rindu akan seorang teman..
teman yang seharusnya tidak dirindukan..

hari ini seorang teman bercerita..
juga akan sebuah kerinduan..
kerinduan yang kata nenek terlarang..

tapi apa daya, manusia..
tertelan rindunya..

ah romansa..
memang milik semua orang..

|

pulang...

setiap titik diluar rumahku pasti selalu menyenangkan..
mendatangkan pertanyaan..
dari setiap perjalanan..
sejuta rasa akan dunia...

tapi aku tahu..
tidak ada tempat dimanapun..
yang dapat memberikan rasa rindu..
sebesar rindu akan rumahku...

aku akan pulang

|

limbung..

angin berdesir..
berkaca pada air..
mencari rangka wajahnya..
yang tiada tergambar..

dan angin masih terus berdesir..
mengharap derapnya terdengar..
paling tidak oleh malam..

|

tinggal...

Mentari senja masih menambatkan dirinya..
aku berlari mengejar..
tunggu, aku ikut..
karena aku..
benci dingin..

|

cerita tanpa judul..

baguslah kalau kita dapat mendapat makna dari tiap kata yang kita baca,
tapi sebenarnya makna tidak ada didalam kata
tapi didalam riak hati anda….”


Antrean panjang bukan pemandangan baru.
Musim dingin yang baru mulai ternyata sudah hendak diusaikan oleh billboard-billboard dan etalase-etalase toko yang bertuliskan ”winter sale”.
Ah kasian kau winter, tak lagi kau usai menghembuskan nafas dinginmu, sudah hendak kau dibuat mati…

Antrean panjang bukan pemandangan wagu..
Manusia menepiskan dinginnya malam dan berlomba menghantarkan diri di depan pintu kelontong besar..
Walaupun bukan kelontong, tapi mirip kelontong kataku..
Dulu aku bertanya kepada ibuku apakah kelontong itu..dalam otakku itulah pasti ada hubungannya dengan lontong. Bungkusan daun yang berisi nasi padat. Kata ibuku, kelontong itu toko yang menjual barang sehari-hari, macam-macam jualannya, barang dapur istilahnya..

Ah toko-toko didepanku juga kelontong atau malah dapur....
Isinya mulai dari celana dalam sampai barang elektronik paling canggih dimasa ini. Jaman yang sudah berbeda, arti dapur pun bagiku sudah bergeser. Dapur yang seharusnya adalah tempat memasak, tempat mempersiapkan santapan untuk mengisi badan agar tetap hidup, saat ini sudah begitu luas isinya. Mulai dari celana dalam sampai barang elektronik..

Orang mana bisa hidup tanpa telepon genggam. Gugup tanpaknya kehidupan tanpa sikecil yang bersuara itu. Sama seperti ibuku yang gugup karena kompornya rusak dan tidak bisa hidup tanpa periuk nasi. Mungkin memang benar saat ini sendoknya orang bukan lagi berbentuk bulat dan pipih, tempat untuk menyaruk nasi dan kemudian masuk mulut. Tapi bentuknya berubah menjadi bulat yang bisa
mengeluarkan suara dan juga menyimpan gambar. Hape namanya. Alat menyaruk suara dan informasi untuk menjadi nasi sesudahnya..

Antrean panjang bukan pemandangan saru...
Udara dingin yang masih menusuk tidak mengurungkan niat baik para ibu, bapak, anak, tante dan om untuk segera pulang. Antrean itu masih ada. Besar sekali niat mereka untuk sekedar mendulang barang dengan harga yang katanya miring. Ah mungkin itu pikirku saja yang mengatakan ”sekedar” barang buat mereka itu mungkin lebih dari ”sekedar” . Sekedar nya aku jelas berbeda dengan sekedar nya mereka. Itulah mengapa aku lebih sibuk memandangi daripada ikutan bergabung
dalam ruak sleeping bag yang menemani mereka berkerumun didepan dapur..
Yah dapur moderen...

Kalaupun mereka melihat aku mungkin mereka berpikir; daripada sama sakitnya berdiri ditengah dingin, lebih baik kau disini mengais harapan bersama kami menunggu pintu untuk dibuka..

Antrean panjang pun masih laju..
Aku masih sibuk memandangi orang-orang itu walaupun itu berarti aku harus berdiri dipinggir jalan beratap awan, sama dinginnya. Bukan sulap bukan sihir, tapi hipnotis akan antrean panjang itu begitu membuatku terkesima. Benarkah ini adanya, manusia menahan dingin untuk sebuah stereo set yang katanya dijual dengan hanya seperempat harga aslinya? Lalu berapa harga dinginnya udara malam ini?

Ah lagi-lagi aku melihat semuanya dari hargaku. Tentu saja buatku pemanas ruangan dengan secangkir kopi panas lebih berharga. Tidak mendengarkan musik melalui stereo set canggih pun buatku tidak masalah. “Gak pa-the-en” demikian kata orang jawa, termasuk juga jawaban kondang mantan pemimpin negeriku saat diusir dari tahtanya.
Yang artinya kurang lebih sama dengan “tidak sudi”

Antrean itu makin lucu..
Dan ketika malam sudah mulai menghunjam dan aku sudah tidak bisa menahan dingin, aku beranjak pergi. Melewati kerumunan orang yang khusuk membaca daftar barang yang dijual murah.
Jangan lupa beli vitamin kataku dalam hati. Karena aku yakin besok lusa kau sakit. Haha sekali lagi aku sok tahu dengan pikiranku. Masih lucu buatku, melihat manusia berkumpul untuk dapat masuk ke sebuah dapur besar berisi banyak barang pemuas lapar. Lapar akan teknologi dan harga miring. Demikian sulitnya mencari barang murah? Atau memang harus mahal supaya dicari orang..
Ah penantianmu jauh lebih mahal daripada barang itu sendiri. Untung negerimu menjamin biaya perawatan badanmu (walaupun tidak jiwamu). Seandainya kau harus bayar semua resiko sakitnya, apakah kau akan terus menanti diujung jalan seperti ini?

Antrean itu masih panjang...
Jalan sudah kulewati dan aku sudah hampir diujung simpangan, tapi tampaknya antrean masih ada disana-sini. Ah kalian memang pejuang. Wahai pemilik pintu tak ibakah engkau melihat anak-anakmu berkalang angin dan dinginnya malam?
Apakah ini permainan yang mereka buat sendiri tanpa niatmu atau memang ini maumu? Bukalah pintumu lebih cepat. Kasian mereka..

Haha lagi lagi aku sok tahu..
Aku bayangkan jawaban pemiliknya:
Aku harus mempersiapkan isi rumahku, atau dapurku seperti katamu. Aku ingin tamuku melihat semuanya dalam keadaan rapih.
Ah pikirku, aku rasa mereka bisa ”merapihkannya” dalam sekejap tanpa kau atur-atur isinya..
Asalkan kau ”rela” untuk mereka segera masuk..
Mungkin ini permainanmu saja..
Kau jual ilusi dengan katalogmu...
Bagaimana kalau saat mereka masuk pun semuanya masih belum rapi?

Jawab si pemilik pintu: wah aku tidak tahu..
Karena begitu mereka masuk yang kulakukan hanya menjaga meja kasir agar mereka membayar barang yang mereka ambil..
Tapi paling tidak aku sudah berusaha bukan??

Antrean itu sudah tidak tampak..
Aku mendekat ke rumahku..
Penat badanku, tak sepenat mereka yang mengantre tampaknya..
Yah semoga kau dapat apa yang kau tunggu nak..
Bukan menuai mimpi-mimpi katalog itu pikirku..

Aku sudah menginjak rumah..
Realita yang lebih indah, batinku….
Walaupun yang ditawarkan tak sehebat dapur besar itu,
paling tidak masih menjanjikan kopi hangat untukku....

Diantara jelaga, 10 januari 2004
***penantian untuk secangkir kopi hangat

|

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)