Friday, October 29, 2004

pranata senja

kita hanya dua manusia yang melempar dadu
berharap cemas akan nasib
memperdagangkan keikhlasan
bukan lagi berpegang pada perasaan
apalagi segenggam dongeng berjudul cinta
hanya satu pranata senja
yang kita sendiri kadang tak tahu artinya apa

|

Thursday, October 28, 2004

cabang ilmu baru

"dik, rumahnya kebakaran.."
"iya, sebelah ngiri sama tipi saya"
"dik, instalasi listriknya gak bener tuh"
"iya, saya punya tipi bagus, kulkas bagus. kenapa pake ngiri sih"
"dik, bukannya itu boks listrik udah sering korslet dari dulu"
"iya, saya gak terima. mau saya bales sebelah tuh.."
*trus pergi*
"dik, eh...eh..sebelah bukannya juga ikutan kebakaran???"

**susah kan ngomong sama orang bego
(akumulasi kesebelan-kesebelan dengan semua kebodohan tak berujung pangkal, disemaikan, dipanen dan dipestakan beramai-ramai. terakhir dipatenkan sebagai satu cabang ilmu pengetahuan baru: kebodohanisme)

|

Tuesday, October 19, 2004

sisanya

pelangi mungkin hanya muncul sekejab
tapi sekira rona pelangi masih mampu menggawang akal
tersimpan legit dalam kenangan masa
pun tak pernah kehilangan maknanya
selalu berada disana
disatu titik diatas jingga
meski hanya sisanya..

|

Monday, October 18, 2004

jingga sore

riuh riak melompat berjingkat
memandang sebaris jingga diatas biru
menari riang diatas desiran pasir
bersama aroma si hitam yang serasa surga

oh sore..
slamat datang...

**i'm in a dancing mood

|

ruang merah..

manusia yang dikatakan lemah bersanding dalam tawa
membagi nasi dan pelepas dahaga
bagi manusia yang dikatakan lebih kuat darinya

dunia tak selamanya kekanan
pun tak selamanya luruhkan si besar ke si kecil
kuat dan besar yang lebih bisa memberi?

tanyakan pada gumpalan merah didada
apakah masih ada sedikit ruang tersisa..

|

Wednesday, October 13, 2004

kuingin angin...

daun daun yang terserak seolah membenamkan kepalaku
ingin rasanya mereka tersapu
menghilang dari pandanganku
gelegar rasa yang menghilang
terbawa lari kabut dan gumpalan ragu
dan kehilangan yang telah demikian membatu
seolah memberatkan langkahku
meski hanya untuk menampik gugur helai daun

wahai angin..
sapulah..
lapangkan langkahku..
hanya bila kau ingin..

|

Thursday, October 07, 2004

kita

dan kita tertunduk duduk berhadapan
memandang kerikil diantara jari-jari kaki kita
bersanding lebam dan senyap yang tiada berpaling
melapangkan luasan hati kita
mencoba bersama mendongak dan berkata
sudah...

|

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)