Sunday, October 29, 2006

dipinggir jalan

Dipinggir jalan dipinggir rel kereta, seorang bapak tua duduk ditanah.
Ditangannya hanya ada sebuah tongkat.
Bersanding dengan seorang pemuda yang usianya mungkin setengah usia si bapak.

Bapak tua itu, ntah siapa namanya.
Matanya kosong menatap awan, sambil tangannya memegang tongkat.
Sang pemuda menatap wajah si bapak.
Menangis.

Ditengah hari dibawah terik, hanya sebuah ransel merah hati diantara mereka.
Berdua duduk ditanah didepan kendaraan yang berhimpitan berebut jalan.
Menuju jamuan yang tidak lagi ’seadanya’.

Bapak itu pasti pernah jadi kanak-kanak.
Bermain gundu atau tali.
Mengoyak air sungai atau kali.
Mencari ikan atau hanya sekedar bersenang hati.

Pernahkah terbersit dibenak bapak itu dimasa kanak-kanaknya.
Bahwa suatu hari itu, dibawah terik.
Dipinggir jalan, diantara debu.
Ia akan duduk ditanah, sambil memegang tongkat.
Ditemani pemuda, ntah anak, cucu atau siapa.
Yang memandangnya pilu, menangis.

Disuatu hari dibawah terik.
Hari itu, lebaran namanya.

** 25 oktober, di lenteng.

|

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)