Sunday, July 11, 2004

waste it..

hari ini hari yang cukup lenggang..
tanpa belajar, tanpa acara belanja groceries dan yang pasti, tanpa bangun pagi.
malam ini saya diundang makan malam seorang teman jepang, hiro. sudah lama kami merencanakan untuk keluar untuk segelas kopi (dia bukan jepang peminum alkohol, segelas wine saja, mabuk...).

dan malam ini, dengan sebuah strawberry cheese cake hasil hunting mendadak di supermarket terdekat, saya datang ke flatnya. tidak jauh, tapi dihari yang dingin ini? lumayan..

dia tertidur saat saya datang. bergegas dia bangun dan membukakan saya pintu flatnya. kami langsung menuju dapur. mau masak apa? tanya saya..

oya... ..sesuatu.

saya sudah lupa namanya..
yang pasti hidangannya tidak lain adalah daging kalkun yang dimasak dengan bawang bombay, dituang kedalam soya sauce mendidih, kemudian disiram telur dadar..

jangan pernah membayangkan bentuknya. menurut hidung saya, makanan itu menarik hingga sampai kalkun goreng bawang bombay. setelah dicampur dengan soya sauce, mendadak pikiran saya terbuang ke satu setengah tahun lalu saat saya tinggal di rumah seorang teman di osaka. dihidangkan satu panci sabu-sabu, berisi seafood dan sayuran lengkap. menarik? sangat...

tapi hingga sang tuan rumah memberikan semangkuk soya sauce, telur mentah dan nasi campur kedelai hitam, napsu makan saya turun seketika. sama seperti saat saya mencium aroma soya sauce tadi, belum lagi adonan telur dadarnya..

hmmm...

dengan bersemangat, hiro menceritakan pengalamannya bekerja di sebuah restoran ketika dia masih sekolah dulu. saya cermat mendengarkan sambil memperhatikan bagaimana dia mengaduk-aduk soya sauce campur mirin..

aduh...

apresiasi saya terhadap makanan jepang memang tidak pernah tinggi. hingga bisa menikmati sepinggan sashimi saja, butuh waktu tidak lebih dari 3 tahun sejak pertama saya mencobanya. dan sekarang memang hanya sashimi yang menurut saya: makanan enak.

satu setengah tahun lalu, saya menghabiskan hampir 2 minggu di negeri sakura. 3 hari bekerja, sisanya melancong seperti biasa. tidak lebih dari tokyo, yokohama, osaka, kyoto bahkan pulau shihoku saya singgahi. selain pengetahuan budaya jepang, juga bangunan seragam berwarna abu-abu disepanjang bantaran kali di tokyo, pengetahuan mengenai makanan jepang saya pun meningkat drastis.

mie jepang? udon? dalam satu minggu, tercatat lima kali makan siang saya adalah udon. udon goreng, udon dengan ikan, udon dengan tahu, udon dengan telur mentah, udon dengan tempura, dan masih banyak lagi variasinya. pertama kali merasakan udon asli ini, rasanya datar, hambar, dan tidak jelas enaknya dimana. setelah dibombardir udon selama satu minggu penuh, barulah saya bisa bilang: udon kering dengan telur mentah paling enak!

ntah apa memang benar-benar enak atau tidak, saya tidak terlalu jelas. yang pasti saya menikmati udon kering tersebut di pulau shihoku. satu pulau kecil di timur osaka yang notabene adalah daerah pengrajin udon terbaik di seluruh jepang. dan gerai udon yang saya datangi adalah yang terbaik di negeri itu, berdasarkan satu kompetisi yang saya sudah lupa namanya.

mau tahu berapa lama saya harus antri untuk semangkuk udon kering? satu jam! bersama sekitar 200 orang lainnya, berdiri dipinggir jalan, ditengah hujan di bulan februari. benar-benar enak, atau benar-benar lapar? yang pasti sepulang dari jepang, berat saya turun 2 kg!

kembali ke masakan hiro tadi. akhirnya masakan rampung ia racik untuk dua buah mangkuk. lengkap dengan sumpit dan semangkuk miso siru. hmmm, saya lebih tertarik dengan miso sebenarnya. rasanya masih bisa diterima lidah saya.

mulai dengan sesumpit nasi jepang yang disiram dengan dadaran telur berkuah dan berdaging kalkun tersebut, saya mulai mengunyah sambil mengucapkan kalimat standard: hmmm..delicious..

white lies tentang makanan memang hal yang paling wajar mungkin. tidak terbilang banyaknya white lies yang saya lakukan, terutama untuk menghadapi undangan-undangan makan seperti ini.

hiro kembali bercerita tentang makanan jepang. dan saya berkomentar: i like sashimi...

sesumpit demi sesumpit saya coba lahap pelan-pelan. sesekali menenggak miso siru dalam gelas yang ada disamping kiri mangkuk nasi saya. beberapa suap, saya sudah minta segelas air putih dingin. wah, tidak kuat rasanya bila harus menghabiskan semuanya. padahal porsi saya lebih kecil dari milik hiro.

kami bercerita ngalor-ngidul mengenai makanan. hingga akhirnya saya tidak sanggup lagi menelan sesuap nasi telur dadar itu, dan saya katakan: tidak apa-apa kan kalau saya tidak menghabiskannya..

jawaban hiro agak mengagetkan saya:
tidak apa-apa, saya bisa simpan untuk makan siang saya..

loh! sisa saya???

saya lalu teringat seorang gadis jepang, tomoko, teman se-flat yang mengetuk kamar saya malam-malam. dengan membawa satu karton susu kambing, ia meminta saya memberikan susu tersebut kepada siapapun yang mau, gratis. tapi tidak boleh dibuang, harus diminum. ia katakan ia tidak tahan dengan rasanya.

dengan sedikit merasa aneh saya tanya:
kenapa harus kamu berikan orang kalau kamu tidak suka..
ternyata susu kambing itu adalah susu kambing pertama yang pernah ia minum. itu pun menurut anjuran seorang teman yang mengatakan kalau susu kambing enak apabila dicampur dengan teh thailand. kemudian ia katakan:

i dont want to waste it.. there must be somebody who might likes it..

ternyata, jawaban yang sama kemudian yang diberikan hiro, ketika saya tanya kenapa makanan sisa saya harus disimpan untuk makan siangnya besok..

saya kemudian menanyakan: apakah memang itu sudah budaya kamu untuk tidak membuang makanan??
karena kemudian dia pun memakan sebuah strawberry kecil yang saya sisakan dipiring. serpihan dari strawberry cheese cake saya

dan ketika saya tanya
kamu suka strawberry?
jawabnya:
tidak...

hiro katakan: makanan itu dihasilkan dari keringat. dan keringat itu harus kita hargai. saya mengangguk tanda mengerti. kemudian teringat. pagi sebelumnya saya membuang sisa salad bikinan saya. salad dengan mackarel asap. saya buang karena pertama: saya sudah kenyang dengan telur mata sapi, kedua: sayuran yang tidak segar, sehingga rasa saladnya menjadi sedikit aneh. tidak terkira berapa banyak makanan yang sudah saya buang selama setahun tinggal di flat ini. mulai dari makanan kaleng yang expired, makanan sisa yang lupa saya panasi kemudian berjamur. daging panggang yang tertinggal didalam oven hingga mirip arang daripada sebuah roast meat. dan masih banyak lagi...

sedikit merasa bersalah, saya buru-buru membereskan peralatan makan saya. mencuci piring dan gelas. dan malam ditutup dengan saya pamit pulang, dan berterima kasih atas undangan makan malamnya. disepanjang perjalanan saya masih berpikir mengenai ucapan hiro juga tomoko.

hmmm...
ternyata selama ini bukan cuma makanan yang sudah saya buang percuma. barang-barang lainnya, terlebih waktu. apalagi waktu untuk menulis disertasi saya..

buktinya?
hingga pagi subuh begini, saya malah sibuk dengan blog saya..

aduh..

**habis cape tidur. bangun, masih cape? tidur lagi..kapan nulisnya???

|

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)