Friday, February 16, 2007

kalau anda perlu makan dan ada makanan didepan anda. apakah anda mau diminta puasa?

kecuali anda sedang menjalankan ibadah, jawabnya tentu tidak.

perubahan iklim sudah lama ramai dibicarakan orang. suhu bumi yang meningkat, permukaan laut yang meninggi belum lagi badai, taufan dan banjir karena curah hujan yang berlipat lipat, menimbukan kerusakan dengan biaya yang besar. usaha untuk membuat strategi mitigasi menjadi penting. dan salah satu proyek besar mitigasi dari perubahan iklim adalah: target emisi rumah kaca. ide dasar nya adalah memberikan target emisi (carbon dioksida) untuk setiap negara per tahun. negara negara ini akan terikat dalam satu perjanjian global, dan satu yang cukup besar adalah: kyoto protokol.

aktivitas manusia dikatakan sebagai yang paling bertanggungjawab atas perubahan iklim. segala bentuk kegiatan, mulai dari memasak, bekerja hingga bernafas sekalipun, mengakibatkan akumulasi co2, belum lagi penggunaan sumber daya alam yang tidak bijak, yang mampu mensirnakan kesinambungan alam.

hampir semua negara maju sudah mencoba mengedepankan isu lingkungan ini. atas nama perbaikan kualitas hidup, mereka mengajak semua negara didunia termasuk negara miskin yang masih sibuk dengan kebutuhan pokoknya, menjadikan persoalan lingkungan menjadi seolah sebuah ibadah bersama.

sebagai alat untuk mengatur jumlah co2 ini, dibuatkan perangkat 'pasar' carbon, dimana transaksi jual beli kredit carbon dilakukan. setiap negara memiliki yang dinamakan kredit carbon yang jumlahnya berbeda di tiap negara. kredit ini adalah jumlah maksimum carbon yang dapat dibuang ke udara. apabila carbon yang dibuat kurang dari kredit ini, maka sang negara dapat menjualnya di pasar carbon kepada negara lain yang membutuhkan kredit carbon lebih.

transaksi jual beli carbon dan pembatasan carbon ini dinilai bisa mengurangi efek rumah kaca secara global. akan tetapi aplikasi tidak akan semudah itu. pertama karena strategi mitigasi ini tidak murah. tidak semua negara didunia mau mengurangi kegiatan ekonominya atas nama perubahan iklim. kedua, operasional pasar carbon dinilai tidak cukup fair bagi negara miskin. karena untuk mengurangi gas buang juga diperlukan teknologi ramah lingkungan yang lagi lagi, tidak murah.

coba anda pikirkan. carbon adalah gas buang yang muncul dari setiap aktivitas. dan terutama adalah aktivitas produksi. menyimpan sejumlah carbon yang anda miliki dan menjualnya berarti anda mengurangi aktivitas produksi anda. artinya lagi: anda mengurangi pendapatan (potensial) anda.

seandainya anda adalah pemilik carbon ini, apa yang membuat anda mau menjual carbon ini? tentu saja: bila harga beli carbon lebih tinggi daripada nilai seluruh aktivitas produksi yang anda harus kurangi.

sebaliknya, bila anda memerlukan carbon lebih untuk kegiatan produksi anda, kapan anda memutuskan untuk membeli? hanya dan hanya bila harga carbon tersebut tidak lebih dari nilai kegiatan produksi anda.

anda tidak mungkin menjual atau membeli carbon, menambah atau mengurangi kegiatan produksi anda atas nama niat baik. karena ini bukan ibadah. ini adalah keputusan rasional.
anda perlu makanan, tetapi anda tidak mungkin menyalakan kompor tanpa menimbulkan asap.

perlu lebih dari sekedar menciptakan pasar. tapi bagaimana harga dapat tercipta dengan tepat dan aturan main yang jelas untuk mentrasfer teknologi ramah lingkungan yang murah. sehingga yang miskin tidak terus menerus diminta puasa, hanya untuk menemani si kaya tiba tiba ingat ibadah.

perubahan iklim bukan ibadah, maka puasa bukan jawaban.

|

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)