Tuesday, May 25, 2004

ampun..

pemandangan berganti satu per satu. kilapan gambarnya laksana lukisan yang berjejer indah, terlewati satu satu. keretaku berjalan laju, mendekatkanku dengan ulu nadiku saat ini. jejalan kilap hati yang meradang, memekakkan telinga dan jiwaku, bermunculan satu persatu. satu gambar baru bersanding disamping pemandangan di depan mataku. masa depan gambaranku, resah jiwaku, seresah gambar sandingan itu.

berkali-kali tarikan nafas itu kubuat. sedikit memberikan paruku ruang untuk meneruskan hidupnya. benakku yang makin tak beraturan membenamkan diriku pada sejuta pendaran sinar redup. hayalku menerawang, memecah siang. dan akhirnya jiwaku yang paling sulit menipu pun tertunduk, bersimpuh, lemah, menyentuh tanah, dan mengucap:

"duh pemilik jiwa, aku ringkih, rapuh, tapi angkuh. maafkan keangkuhanku untuk sekali ini memenangkan kehendakku. hadiah terbesar darimu. memuntahkan segala petuah bijak yang merana tak tersapa, sendiri terpaku dibatinku. aku tak tahu apa artinya mauku, aku hanya ingin memelukmu, menyentuh wajahmu karena saat ini aku baru mampu bersujud didepan bayangmu. aku juga buta, apakah ini caraku untuk menyentuhmu. aku hanya bisa tersungkur dan meminta maaf. satu-satunya serpihanku yang mampu mengalahkan keangkuhan ini: hanya tangisan maafku padamu"

keretaku makin mendekati ulu nadiku. seolah mengingatkanku pada hari esok yang masih saja sama. hari yang menyimpan kilap hati yang meradang. kubiarkan radang itu makin bernanah, dan menanti saatnya, satu cahaya rela memberikan sedikit terangnya. meninggalkan sedikit jingga, meski hanya sisa terbenamnya.

**selamat datang kepedihan..
smoga disaat kau lekat..
aku lebih kuat..

|

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)