Thursday, August 07, 2008

Caleg

Menyambut pemilihan umum tahun depan, banyak artis daftar jadi caleg..
Apa kompetensi mereka?

marini zumarnis yang bergabung dgn PAN menjawab..
".. saya punya pengalaman organisasi.. Seperti OSIS.."

hmmmm.. Begitu ya mbak...

Soetrisno Backir pasti dulunya ketua kelas... Makanya jadi ketua PAN..

|

Saturday, March 01, 2008

the power of definition

2 weeks ago, a friend told me about malaysian government stated that malaysian have better welfare compared to germans. malaysians are less stress etc etc..

then i commented how powerful is a 'definition'. people might get round it..

and this article on 'gizi buruk' or bad nutrients is just telling us the same..
how a decision maker (policy maker, politician et al) might fool us..
what is the different between: 'gizi buruk' -bad nutrients- and 'kurang asupan gizi' -lacking nutrients intake-

think about it..

|

Thursday, May 03, 2007

Kalau pengambil keputusan tidak punya common sense

Beberapa bulan terakhir saya dan beberapa kawan pengajar mengikuti training pengajar ekonomi. Training yang dilakukan dalam 4 seri ini punya tujuan yang sebenarnya sederhana saja: mempersiapkan anak-anak dengan kemampuan membuat keputusan (yang tepat) sehingga siap menghadapi kehidupan nyata..

Yang kami pelajari bukan teori ekonomi yang luar biasa rumit penuh dengan angka-angka. Tapi teori ekonomi yang sama sama saja hanya dengan penyampaian yang luar biasa. Anak-anak tidak dididik untuk menghafal teori, tetapi mempertajam common sense.

Kalau saya membaca tempo minggu ini, mungkin menteri kesehatan dan jajaran dirjennya, perlu jadi peserta training ini. Bukan cuma karena mereka sebagai policy maker tidak tahu ekonomi, tapi lebih parahnya, tidak punya common sense.

Harga Mahal? Turunkan pake surat!

Menteri kesehatan menilai harga obat dipasar mahal. Bahkan obat generik. Sebagai bagian amanat dan janji pemerintahan kabinet sekarang, cita-cita mulia nya adalah menurunkan harga obat. Tanpa tahu asal muasal mahalnya harga obat, yang dilakukan bu menteri adalah: Buat surat edaran, harga obat HARUS turun.

Kalau anda produsen obat, diminta menjual produk anda dibawah harga produksi, apa yang kemudian akan anda lakukan? Asumsi anda tidak lulus SD pun, saya yakin yang anda lakukan cuma satu: tutup warung.

Kalau warung anda tutup, dan stok obat di pasar hilang seketika, kira-kira apa yang terjadi? Ibu saya yang cuma lulusan sekolah menengah bisa dengan mudah menjawab: wah barang langka itu mahal.

Jadi mudah ditebak, surat menteri tidak membuat harga obat jadi turun, tapi sebaliknya, orang miskin makin susah, karena obat generik susah dicari. Walhasil, obat import yang lebih mahal harus ditebus.

Ini salah resep keputusan atau permainan dengan produsen obat import?
Kalau anda pun curiga, saya rasa sah sah saja.

Infus Otsuka tidak steril. Ganti punya Sanbe.

Entah anda pernah perhatikan atau tidak, selama ini yang saya tahu setiap saya masuk rumah sakit sebagai pasien atau pengunjung saja, infus yang ada di gantungan hampir semuanya merk Otsuka. Tidak salah pengamatan saya ternyata karena memang Otsuka menguasai 80% pasar infus di Indonesia.

Belakangan kurang lebih setahun lalu, Sanbe Farma punya produk serupa yang dibuat dengan teknologi berbeda. Sama sama infus, hanya meng-claim lebih steril karena proses sterilisasinya berbeda: dengan pemanasan 121 derajat celcius selama 15 menit. Dan Sanbe adalah satu-satunya produsen yang menggunakan teknologi ini. Sebagai infus yang lain sendiri, harga infus buatan Sanbe ini, cukup 2 kali lipat saja dibanding infus standard.

Tak lama setelah produk di launching, keluarlah surat edaran dari Dirjen Bina Pelayanan Medik, Depkes, isinya kurang lebih: Dilarang pakai infus selain yang disterilkan dengan cara pemanasan 121 derajat celcius selama 15 menit (baca: Sanbe Farma punya!).

Mudah ditebak, kemudian infus sulit dipasaran. Otsuka drop penjualannya dan Sanbe kemudian mulai dipakai banyak rumah sakit selain juga infus import yang harganya masih lebih murah ketimbang buatan Sanbe.

Depkes tidak sendirian disini, kemudian berbondong-bondong komisi kesehatan DPR ikut urun rembug dan urun keputusan yang isinya lebih menggelikan: rumah sakit kalau ada pilihan yang baik kenapa pilih yang buruk, pakai saja punya SANBE. Ini bukan sihir, tapi nama Sanbe jelas jelas disebut. Jadi, jaman sekarang, perusahaan pun bisa punya staff marketing di DPR.

Kalau selama bertahun-tahun tidak ada orang mati karena pakai infus standard, tidak ada justifikasi medis yang tentang spesifikasi pembuatan infus, lantas dari mana ide meng-haramkan satu produk atas nama sterilisasi yang salah ini??

Yang lebih parah, akibat munculnya pelarangan tanpa sebab ini, infus menjadi langka, operasi di beberapa rumah sakit harus di reschedule, dan biaya berobat menjadi makin mahal. Anehnya lagi, infus yang sama saja kasiatnya tapi jauh lebih mahal harganya ini, masuk dalam daftar obat ASKES. Artinya, ketimbang menggunakan infus yang lebih affordable, ASKES membeli infus yang mahal. Duit siapa ini?

Saya tidak tahu apa yang ada dikepala orang-orang ini. Apakah mereka berpikir rakyatnya semua tidak lulus SD?

Lagi-lagi dengan ringan, supir kantor saya (yang tidak makan bangku sekolah medik ataupun ekonomi) pun bisa menjawab: Alah, itu sih kongkalikong pengusaha sama pejabat!

|

Friday, February 16, 2007

kalau anda perlu makan dan ada makanan didepan anda. apakah anda mau diminta puasa?

kecuali anda sedang menjalankan ibadah, jawabnya tentu tidak.

perubahan iklim sudah lama ramai dibicarakan orang. suhu bumi yang meningkat, permukaan laut yang meninggi belum lagi badai, taufan dan banjir karena curah hujan yang berlipat lipat, menimbukan kerusakan dengan biaya yang besar. usaha untuk membuat strategi mitigasi menjadi penting. dan salah satu proyek besar mitigasi dari perubahan iklim adalah: target emisi rumah kaca. ide dasar nya adalah memberikan target emisi (carbon dioksida) untuk setiap negara per tahun. negara negara ini akan terikat dalam satu perjanjian global, dan satu yang cukup besar adalah: kyoto protokol.

aktivitas manusia dikatakan sebagai yang paling bertanggungjawab atas perubahan iklim. segala bentuk kegiatan, mulai dari memasak, bekerja hingga bernafas sekalipun, mengakibatkan akumulasi co2, belum lagi penggunaan sumber daya alam yang tidak bijak, yang mampu mensirnakan kesinambungan alam.

hampir semua negara maju sudah mencoba mengedepankan isu lingkungan ini. atas nama perbaikan kualitas hidup, mereka mengajak semua negara didunia termasuk negara miskin yang masih sibuk dengan kebutuhan pokoknya, menjadikan persoalan lingkungan menjadi seolah sebuah ibadah bersama.

sebagai alat untuk mengatur jumlah co2 ini, dibuatkan perangkat 'pasar' carbon, dimana transaksi jual beli kredit carbon dilakukan. setiap negara memiliki yang dinamakan kredit carbon yang jumlahnya berbeda di tiap negara. kredit ini adalah jumlah maksimum carbon yang dapat dibuang ke udara. apabila carbon yang dibuat kurang dari kredit ini, maka sang negara dapat menjualnya di pasar carbon kepada negara lain yang membutuhkan kredit carbon lebih.

transaksi jual beli carbon dan pembatasan carbon ini dinilai bisa mengurangi efek rumah kaca secara global. akan tetapi aplikasi tidak akan semudah itu. pertama karena strategi mitigasi ini tidak murah. tidak semua negara didunia mau mengurangi kegiatan ekonominya atas nama perubahan iklim. kedua, operasional pasar carbon dinilai tidak cukup fair bagi negara miskin. karena untuk mengurangi gas buang juga diperlukan teknologi ramah lingkungan yang lagi lagi, tidak murah.

coba anda pikirkan. carbon adalah gas buang yang muncul dari setiap aktivitas. dan terutama adalah aktivitas produksi. menyimpan sejumlah carbon yang anda miliki dan menjualnya berarti anda mengurangi aktivitas produksi anda. artinya lagi: anda mengurangi pendapatan (potensial) anda.

seandainya anda adalah pemilik carbon ini, apa yang membuat anda mau menjual carbon ini? tentu saja: bila harga beli carbon lebih tinggi daripada nilai seluruh aktivitas produksi yang anda harus kurangi.

sebaliknya, bila anda memerlukan carbon lebih untuk kegiatan produksi anda, kapan anda memutuskan untuk membeli? hanya dan hanya bila harga carbon tersebut tidak lebih dari nilai kegiatan produksi anda.

anda tidak mungkin menjual atau membeli carbon, menambah atau mengurangi kegiatan produksi anda atas nama niat baik. karena ini bukan ibadah. ini adalah keputusan rasional.
anda perlu makanan, tetapi anda tidak mungkin menyalakan kompor tanpa menimbulkan asap.

perlu lebih dari sekedar menciptakan pasar. tapi bagaimana harga dapat tercipta dengan tepat dan aturan main yang jelas untuk mentrasfer teknologi ramah lingkungan yang murah. sehingga yang miskin tidak terus menerus diminta puasa, hanya untuk menemani si kaya tiba tiba ingat ibadah.

perubahan iklim bukan ibadah, maka puasa bukan jawaban.

|

Wednesday, January 31, 2007

veronica memilih mati*

veronica adalah gadis penuh talenta yang kemudian memutuskan untuk mati karena merasa hidupnya datar. dengan obat tidur sebanyak banyak, ia mencoba berkenalan dengan kematian. usahanya gagal, alih alih menghadap jenderal maut, veronica malah menemukan dirinya dalam sebuah bangsal. rumah sakit jiwa.

semua orang yang memilih cepat cepat mengakhiri hidup, divonis gila oleh orang orang yang mencintai hidup. demikian kira kira yang terjadi dengan veronica. dari dokter jiwa yang ditugaskan merawatnya, dinyatakan veronica mengalami kehancuran hati yang tidak tersembuhkan. dan ia hanya 'perlu' 7 hari, untuk mewujudkan cita citanya. mati.

seketika, veronica menyukai hidup. ia ingin melakukan hal hal yang tidak pernah ia lakukan semasa hidupnya. ia ingin melakukan hal hal yang dulunya tidak berani ia lakukan. ia ingin melakukan banyak hal yang dari dulu ingin ia lakukan. menyentuh salju, bercumbu dengan sepenuh penuhnya, menyapa seorang wanita tua ditengah pasar, bercengkrama dengan ibunya..
ia ingin mengisi hidupnya, yang hanya tinggal 7 hari.

lantas, kenapa veronica baru melakukannya sekarang?

sore ini, seorang kawan menanyakan maksud dari acara berjudul 'veronica decides to die' yang ditayangkan di j-tv. saya sendiri bukan penikmat tv. jadi saya katakan: saya bisa mereka reka apa yang ditulis coelho itu, tapi bukan filmnya.

manusia itu punya naluri untuk menjadi selebriti. dikenal dan dikenang. terkenal dan diingat. sementara kematian, adalah insentif manusia untuk mencari jalan supaya dikenal. berkarya, belajar, menjadi kaya, menjadi pintar, masuk tv, menang idols, menulis biografi, membangun museum, memajang foto diri dan masih banyak lagi.

karena manusia tahu ada yang bernama 'masa' dan tahu bahwa 'masa' itu ada akhirnya, maka manusia berpikir keras: apa yang harus dilakukan sebelum masa itu usai.

harus sukses sebelum usia sekian. punya ini sebelum usia sekian. pensiun usia sekian. membagi warisan sebelum usia sekian. usia sekian sekian dan sekian, adalah perkiraan yang dibuat berdasarkan asumsi: kapan kira kira saya tutup usia.

bayangkan anda immortal. hidup terus tanpa mati. apalah artinya dikenal? untuk apa harus sukses esok lusa? atau harus pensiun tahun depan? dan pastikan tidak ada kata kenangan. karena anda ada, selamanya.

maka banyak orang (yang katanya) bijak berkata: gunakan waktumu sebaik mungkin, karena hidup itu singkat.
seandainya waktu anda tidak singkat, tidak perlu kan menggunakan waktu sebaik baiknya??

dan bila benar bahwa
people move by incentives
maka,
death is an incentive


dan veronica menyentuh salju, bercumbu dengan sepenuh penuhnya, menyapa seorang wanita tua ditengah pasar, bercengkrama dengan ibunya hanya dalam 7 hari..

veronica tidak mati di hari ke-8. ia hidup dan mulai tahu artinya hidup.
dokter yang merawatnya menipunya, mengajak ia menikmati hidup, dengan memberinya 'mati'.

*cerita veronica adalah sinopsis bebas dari buku karangan paulo coelho berjudul 'veronica decides to die'

kematian bukan sesuatu yang perlu ditakuti pun dicari. benci hidup atau kangen mati. karena diantara banyak hal yang tidak pasti dalam dunia ini, cuma satu yang pasti: mati.

|

Friday, January 26, 2007

why do i prefer paris hilton than dian sastro???

simply because she's dumb and she never tries to look smart..

the article below is taken from kompas, friday 26 january 2007

Kata Dian...

Namun, saat ini Dian yang sedang menyelesaikan semester terakhirnya di Fakultas Filsafat Universitas Indonesia, lebih mikirin untuk menggunakan penghasilannya agar lebih bermanfaat, seperti beramal dan future planning. Dian mengatakan, ada yang membeli berdasarkan fungsinya dan ada juga yang membeli karena image dan prestige.

Bagi Dian Sastro, pakaian melambangkan karakter seseorang, begitu juga dengan fashion. "Aku seneng banget pake barang-barang branded tertentu karena walaupun sudah jadi brand, barang tersebut mempunyai latar belakang filosofi tertentu. Oke, aku pake tas Hermes, tapi aku juga pake scarf Sumba. Orang di Paris pake tas yang sama, tapi gak mungkin pake scarf Sumba," kata Dian

Dian Sastro juga bilang kalo media memiliki kemampuan untuk memengaruhi point of view seseorang terhadap suatu tren. Ia mengatakan bahwa sekarang terjadi identity crisis di kalangan remaja, kondisi di mana terjadi suatu ketergantungan terhadap brand tertentu untuk bisa diterima di suatu kelompok. Dian menambahkan kalo hal tersebut sudah hampir menjadi budaya. Tetapi, tidak menjadi suatu masalah selama budaya itu berdampak positif.

====================================

hermes bag and scarf sumba and the philosophycal insides..
oh no..

well, i do quite 'bitching' about the lady above, but i just cannt help myself.
if there is something like identity crisis on this earth
then this 'a film star who doesnt want to go on screen in a cheap sinetron but do the screening for -extremely- expensive bad acted telesinema' is a catastrophy

but the good thing about this 'masa reformasi' is..
even the dumbest can speak so loud....
and yet, got quoted by national newspaper..

sad..

|

Tuesday, November 07, 2006

seandainya aku bisa terbang*

Oh, jauh sekali rumahmu
Kangen rindu semua ada
Selalu ada untukmu kekasih
Kukayuh sepeda kumbangku
Kuberhayal andai dapat
Mengantarkanku sampai ke rumahmu

Ku ingin menikmati sepenggal malam ini
Ku tak tahu adakah dayaku

Seandainya aku bisa terbang
Kan kujelang engkau kekasih
Seandainya aku bisa terbang
Kan kugapai engkau kekasih
Dan kupeluk engkau sungguh
Untuk selamanya

**kahitna

lagu yang dinyanyikan seorang teman, waktu kangen rumah..
malem ini kayanya lagu ini pas..

dont you think, roomie?

|

aku ingin punya sayap

aku ingin punya sayap
lalu terbang melayang
diatas padang hijau
yang masih ditutup embun
lalu mengejar senja
yang sedikit sedikit membenamkan diri

aku ingin punya sayap
lalu terbang melayang
diatas pohon pohon
sesekali berdiri diujung ranting
lalu melompat kesana kemari
diantara dahan dahan
yang bergoyang diterpa angin

aku ingin punya sayap
lalu terbang melayang
diantara burung manyar
berkejaran diantara awan
sejenak merebahkan diri
diatas gumpalan putih
sebelum ia menjadi hujan

aku ingin punya sayap
lalu terbang melayang
dan hinggap disatu meja
dua gelas kopi diatasnya

**ya gak chik?

|

Tuesday, October 31, 2006

hujan

aku suka hujan
baunya menyejukkan
airnya tanda kehidupan
menetes satu satu
jatuh diatas batu
lalu mengalir ke sungai

bahkan ketika hujan usai
ia masih meninggalkan pesan
bau rumput basah
masih ada kehidupan

bertengger didepan jendela
mengawasi riak air menimpa kaca
menetes satu satu
jatuh diatas batu
dan tertinggal satu pesan

musim kemarau telah usai

|

Sunday, October 29, 2006

dipinggir jalan

Dipinggir jalan dipinggir rel kereta, seorang bapak tua duduk ditanah.
Ditangannya hanya ada sebuah tongkat.
Bersanding dengan seorang pemuda yang usianya mungkin setengah usia si bapak.

Bapak tua itu, ntah siapa namanya.
Matanya kosong menatap awan, sambil tangannya memegang tongkat.
Sang pemuda menatap wajah si bapak.
Menangis.

Ditengah hari dibawah terik, hanya sebuah ransel merah hati diantara mereka.
Berdua duduk ditanah didepan kendaraan yang berhimpitan berebut jalan.
Menuju jamuan yang tidak lagi ’seadanya’.

Bapak itu pasti pernah jadi kanak-kanak.
Bermain gundu atau tali.
Mengoyak air sungai atau kali.
Mencari ikan atau hanya sekedar bersenang hati.

Pernahkah terbersit dibenak bapak itu dimasa kanak-kanaknya.
Bahwa suatu hari itu, dibawah terik.
Dipinggir jalan, diantara debu.
Ia akan duduk ditanah, sambil memegang tongkat.
Ditemani pemuda, ntah anak, cucu atau siapa.
Yang memandangnya pilu, menangis.

Disuatu hari dibawah terik.
Hari itu, lebaran namanya.

** 25 oktober, di lenteng.

|

indonesia

"Poetry is a way of taking life by the throat.." Robert Frost (1874-1963)