akhir tahun lalu, setengah kaget saya menerima sms:
"tante, ini hp agi"
agi, keponakan saya yang baru kelas 6 sd punya hp. saya sempat berpikir buat apa anak kelas 6 sd punya hp? berangkat sekolah pagi sekali diantar ibunya. siang, ibunya datang lagi untuk mengantar makan siang. sore dijemput lagi oleh sang ibu (memang jam sekolah anak sd sekarang sedikit saingan dengan buruh sanyo di jalan raya bogor. berangkat pagi sekali, pulang sore).
pernah saya tanyakan kenapa dia punya hp?
"supaya kalau mama jemput mas sudah siap didepan pintu sekolah"
demikian jawaban adiknya, avi, yang masih kelas 3 sd. saya kenal dengan keponakan saya, dan yakin sekali itu benar-benar jawabannya, bukan hasil ajaran siapapun.
saya tidak mengomentari lebih lanjut jawaban sang adik. walaupun kalau dijawab lagi: jaman tante sekolah seperti kalian, mungkin 15-20 tahun lalu, ibu-ibu yang menjemput juga tidak membawa hp, dan anak-anak mereka tetap bisa terjemput dengan baik.
saya yakin jawaban saya akan dikomentari panjang lebar dengan istilah kuno dan tidak melek teknologi.
saya sendiri menganggap teknologi seharusnya membuat hidup menjadi lebih mudah. hp misalnya, membuat saya tidak harus sibuk mencari telepon umum. hp juga mulai dirasakan gunanya ketika tahun 98-an. kerusuhan dimana-mana, hp menjadi salah satu teknologi favorit. orang tua bisa tetap mengkontrol dimana sang anak berada, dan sang anak tetap bisa nongkrong diatas atas gedung MPR tanpa pusing jadwal absen jaket ke ibu bapaknya.
kata kuncinya: tergantung keperluan..
pada perjalanannya hp yang harusnya menjawab kebutuhan komunikasi justru menimbulkan kebutuhan baru. dengan kecanggihan sms, picture messaging, radio sampai kamera.
orang jadi suka foto-fotoan, kirim-kirim gambar, kenalan via sms, dan masih banyak lagi list kegiatan yang tidak masuk kategori "perlu" dalam kamus saya.
sms tidak jelas yang ala kadarnya semisal: "eh lg dimans" atau "kenalan dong"
hampir semuanya tidak terbalas. selain membuang pulsa, tidak jelas juga keperluannya..
kegilaan dengan sms ini kadang membuat saya geregetan. bagaimana tidak, sampai untuk mengkonfirmasi hal yang urgen saja, masih pakai sms.
kenapa gak nelpon aja sih?
kembali ke keponakan saya. selain sms diakhir tahun. 2 bulan yang lalu ada sms masuk lagi dari sang adik:
"tante, ini nomer hpku. disimpen ya.."
alamak..
ini anak kelas 3 SD ikut-ikutan...
beberapa kali saya mendapat sms dari adik. gambaran euphoria anak-anak dengan mainan baru. sedikit-sedikit kirim sms..
sampai pagi ini, sekali lagi saya dapat sms:
"tante, ini no hp ku. tante lg ngapain si? jessica"
keponakan saya satunya lagi: kelas 2 SD!
saya jawab smsnya (ini lebih karena gak enak hati kalau gak dibalas)
"lagi nyetir, mau ke kantor"
jawabnya???
"o gitu to...."
**pingsan
technology: connecting people (and draining your cash)